Awalan
TANPA Akhiran
(Mia Widyaningsih)
Cinta tak pernah bisa di tebak dari mana
asalnya dan muasalnya. Terkadang,orang yang bagi kita merupakan orang yang
paling bisa mengerti,justru di akhir waktunya hanya akan membuat kita kehabisan
air mata karena kehilangan nya.
Bagi setiap orang sangat wajar bila perempuan
bersikap anggun dan lemah lembut. Tapi bagaimana denga sosok perempuan yang
berkarakter layaknya laki-laki baik
fashion style sampai dari sikap nya pun tak menampakkan seorang hawa
sedikitpun. Daniya seorang perempuan,mungkin bagi kalangan teman nya, perempuan
hanya sebagai tanda jenis kelamin nya saja. Tapi jiwa nya sungguh seperti
seorang adam.
Sebenarnya, Daniya perempuan yang parasnya
bisa di bilang sungguh luar biasa. Bola
matanya yang hitam,hidung nya yang mancung,dan bibirnya yang merah bak delima
yang merekah. Hanya saja satu dua orang yang menyadari akan kecantikan Daniya
karena tertutup oleh fashion style yang seperti laki-laki. Diantara orang yang
menyadari kecantikan dalam diri Daniya adalah M.AL-Fahrezi Setiawan yang akrab
di sapa dengan sebutan Ezi. Ezi adalah anak dari seorang Presiden Direktur di
Perusahaan terkemuka di Indonesia. Meski Ezi tergolong keluarga konglomerat
yang tak susah payah mendapatkan uang,tapi dia punya prinsip dalam hidup nya “
aku hidup haruslah dari keringatku”. Dia tak ingin segala kebutuhan hidup nya
hanya dengan menyodorkan tangan kepada orang tuanya. Ia ingin hidup mandiri.
Hingga terlalu antusias nya untuk hidup madiri,Ezi rela menutup rapat siapa
identitas asli nya sebagai seorang anak Presiden Direktur konglomerat di
Indonesia.
Ezi dan Daniya adalah seorang mahasiswa di UI
(Universitas Indonesia) yang mengambil jurusan Sastra. Dari awal Ezi masuk UI ,
yang pertama kali ia perhatikan adalah sosok Daniya. Ezi sendiri merasakan hal
yang aneh setiap ia menatap Daniya. Dia pernah menanyakan tentang apa yang ia
rasakan kepada hati. Kenapa ia selalu memperhatikan Daniya,bahkan mungkin ia
menaruh hati padaya. Tapi kenapa harus dengan Daniya aku menaruh hati. Dassar
Ezi,bodoh saja dia menanyakan masalah ini kepada hati. Sampai kapan pun jawaban
dari pertanyaan nya tidak akan pernah di jawab seperti dia mengajukan
pertanyaan kepada Dosen. Tapi,jawaban hati bisa diketahui bila kita
merasakannya lewat relung hati.
*** ***
Jam kuliah akan segera di mulai Daniya
buru-buru memakirkan motor kesayangannya,dan cepat-cepat ia membenahi tatanan
rambut ala tomboynya. Bersamaan dengan itu,Ezi juga berjalan tergesa-gesa untuk
segera masuk ruangan. Naasnya,saat Daniya membalikkan badan setelah selesai
berdandan di spion nya,Ezi berjalan setengah berlari sambil memeriksa isi tas
nya,takut-takut ada buku yang tertinggal,hingga Ezi tak melihat ke depan.
Alhasil,Ezi pun menabrak Daniya. Buku yang di pegang oleh tangan kanan Daniya
jatuh di tengah antara posisi kaki Daniya dan Ezi. Spontan Ezi mengambil buku
tersebut dan menyerahkan ke pemilik nya
“ini mbak... maaf “ ucap Ezi polos
“heemmpphh... yaudah ngga papa. Lain kali kalo
jalan itu liat nya pake mata,bukan pake siku !” ketus Daniya
“iya mbak saya minta maaf,tadi saya buru-buru.
Ada jam kuliah yang Dosen nya galak minta ampun !”
“saya juga ada jam. Siapa Dosen nya?”
“pak Wiranto”
“ko sama,emang kamu jurusan sastra juga yah?”
Dengan
sedikit mengangkat wajah dan berani menatap wajah Daniya dari jarak yang
dekat,Ezi menjawab
“iyah mbak”
“udah lah,ngga usah pake nyebut mbak segala.
Kesan nya aku ko kaya udah tua ajah.Panggil nama aja. O iya,kita belum kenalan”
sambil tersenyum dan menjulurkan tangan
“Dafa Raniya Cantika Yudhistira. Panggil ajah Daniya”
Tanpa
Daniya memperkenalkan diri, Ezi sudah tau.
Ezi membalas uluran tangan Daniya sambil menyebut nama
“M.AL-Fahrezi Setiawan. Ezi”
Perkenalan yang membuat hati Ezi dag dig dug.
Hingga tak bisa di sembunyikan,bahwa tangan Ezi berkeringat dingin.
“saya duluan yah Zi “
Tak ada
jawaban dari Ezi. Dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum memandangi
Daniya.
***
***
Setelah jam kuliah selesai,seperti biasa Ezi
duduk di bawah pohon sambil menyenderkan badannya. Mungkin takdir atau hanya
kebetulan yang lewat,ia melihat Daniya. Ragu-ragu Ezi ingin memanggil Daniya.
Lama ia berpikir seperti orang bengong hingga belum menemukan jawaban apakah ia
akan memanggil Daniya atau tidak. Dia masih berpikir keras. Saking kerasnya
berpikir,Ezi tidak menyadari bahwa Daniya sudah ada tepat di samping nya.
“Zi... Zi... Ezi” Daniya mencoba memanggil Ezi
Dengan
nada agak sedikit ketus,Ezi menjawab
“jangan ganggu ... saya lagi mikir nih,mau
manggil Daniya atau ngga”
Setelah
Ezi menjawab,ia baru sadar sesadar nya bahwa ia mengenali suara itu. Agak ragu
dia melihat asal suara tersebut. Sedikit demi sedikit,Ezi menoleh dan hampir
saja ia pingsan betapa kagetnya bahwa Daniya sudah ada di samping nya,dan
melihat Daniya tengah tersenyum simpul dengan belahan bibir bawah nya yang
indah.
“kamu
kenapa Zi ? “ sambil menutup senyuman nya dengan mulut seakan akan itu adalah
hal yang lucu
“eehh eehh ngga kenapa napa” mendadak gagap
sambil nyengir bebek
“maap, udah ngagetin kamu Zi “ ucap Daniya
“iyah... ngga papa ko”
Hening seketika karna tidak adanya percakapan
yang di bahas. Mereka berdua sama-sama memandang ke depan. Ezi memandang ke
depan sambil meremas tangan nya sendiri karena grogi berdekatan dengan
perempuan yang selama ini menjadi dambaan nya. Tapi,Ezi belum mempunyai
keberanian lebih untuk mengutarakan perasaan nya , karna Ezi tau ia dan Daniya
belum lama saling kenal. Entah apa yang tengah di rasakan oleh Daniya.
Pandangan nya seperti tak menampakkan ekspresi apapun. Bibir nya yang tadi di
hiasi senyum manis,sekarang tak menampakkan kembali. Diam-diam Ezi sedikit
menoleh ke arah Daniya yang sedang duduk di samping nya dengan memeluk lutut.
Ingin rasanya Ezi membuka percakapan antara ia dan Daniya. Tapi apa yang mau di
bicarakan,sedikitpun tak ada topik yang terlintas untuk memulai obrolan dengan
Daniya. Tidak ada jalan lain, selain mereka membisu dalam suara hati
masing-masing yang bertemankan lembut nya belaian angin.
**** ****
Sudah
lebih dari tiga bulan Ezi dan Daniya akrab. Dimana ada Daniya,disitu ada Ezi.
Bagai amplop dan perangko yang tak bisa di pisahkan satu sama lain. Kini tiba
saat nya Ezi mengutarakan cinta nya kepada Daniya. Dia memilih untuk
membicarakan nya di bawah pohon dimana ia dan Daniya selalu duduk berdua.
Sedikit ada rasa takut yang Ezi rasakan ketika ingin membicarakan perasaannya
kepada Daniya. Beberapa kali dia tes suara hingga membuat Daniya terkekeh .
“test test test”
“Zi,apa yang kamu lakuin ?”
“ngapain yah..?? tes vokal aja deh” nyeleneh
Ezi sambil nyengir
“udah ngga usah pake tes vokal segala. Suara
kamu ngga pantes kalo buat nyanyi” sambil tertawa
“jangan ngehina gitu dong” sambil memoncongkan mulutnya
Dengan
senyum nya , Daniya menjawab
“kamu emang ngga pantes buat nyanyi. Tapi kenapa
setiap ngedenger suara kamu hati saya rasanya nyaman” ungkap Daniya
Sedikit
kikuk Ezi mendengar ungkapan dari Daniya.
Mungkin
ini saat yang tepat setepat tepat nya untuk mengungkapkan isi hati kepada
Daniya. Ezi sudah tak sanggup lagi menampung segala perasaan cinta yang kian
lama kian membesar kepada Daniya.
“Daniya,aku sadar bahwa ini terlalu cepat.
Tapi aku sudah tidak bisa menyimpan perasaan ini sama kamu” Ezi memulai ucapan
serius nya
“maksud kamu apah Zi?” Daniya sedikit bingung
dan kaget
Ezi menjelaskan
kepada Daniya bahwa sebelum berkenalan
dengan Daniya di parkiran ,ternyata semenjak awal Ezi sudah menaruh hati
padanya.
Bingung
mungkin apa yang kini Daniya rasakan.
“Zi.. aku minta maaf. Sungguh aku tidak ingin
menolak mu. Tapi aku bukan perempuan yang seutuhnya menjadi yang terbaik buat
kamu” sambil menatap ke depan dengan pandangan yang sayu.
“jika kau tak
menolak ku,berarti kau menerimaku ? “ tanya Ezi
Daniya
hanya menggelengkan kepala sambil menjelaskan
“ku tak menolak, bukan berarti ku menerima”.
Sekarang giliran Ezi yang di buat bingung
dengan jawaban yang di berikan oleh
Daniya.
Seakan
tahu apa yang tengah di pikirkan oleh Ezi,Daniya langsung bertanya
“Zi,menurut kamu, perempuan yang baik itu
seperti apa?”
Dengan
senyum dan menatap ke arah Daniya sekejap,dan kembali menatap ke depan
“perempuan yang baik adalah perempuan yang
takut pada Tuhan nya dan cinta pada nabinya”
Daniya
menyipitkann mata sambil melirik ke arah Ezi seakan belum mengerti
“Zi,bagaimana dengan perempuan yang memakai
jilbab? Apakah ia termasuk perempuan baik juga ?” kembali Daniya bertanya
“Entahlah Daniya,aku tidak tahu. Karna
kenyataan yang aku lihat,banyak perempuan yang berjilbab tapi kelakuan mereka
masih bejad. Seakan seperti tidak ada tanggungan dalam mengenakan jilbab.Bukan
sekedar mengenakan. Tapi, jika jilbab salah penggunaan,bisa jadi jilbab
tersebut adalah bahan bakar di neraka untuk pemakainya”
Dengan
menganggukan kepala,Daniya mengerti apa yang Ezi maksud
“Zi,aku ingin menjadi seutuhnya menjadi
perempuan yang baik”.
Ezi
hanya tersenyum. Ingin rasanya ia memeluk erat perempuan yang ada di
sampingnya. Tapi ia harus bisa menahan hawa napsunya.
****
****
Hampir satu bulan lebih Daniya tidak masuk
kuliah,semenjak Ezi mengungkapkan
perasaan kepada Daniya. Ezi merasakan kekhawatiran terhadap Daniya. Ingin
rasanya ia berkunjung ke rumah Daniya meski hanya sekadar memastikan
keadaannya. Tapi apalah daya, Ezi masih enggan berkunjung ke rumah Daninya
karena ia berpikir ia masih tak layak untuk Daniya. Ia hanya seorang mahasiswa
yang menyambit profesi sebagai guru privat,meski real nya ia adalah anak orang
kaya.Tapi yang ia pikirkan bahwa ia adalah orang miskin. Karna seluruh kekayaan
adalah mutlak milik orang tuanya. Ia masih malu jikalau ayah dan ibu Daniya
menanyakan profesinya.
Bodoh
nya Ezi , kenapa ia membuat dirinya sendiri bingung dengan memikirkan keadaan
Daniya. Dengan senyum khas ala Ezi yang menyunggingkan bibir sebelah kanan
nya,ia mengambil ponsel yang ada di saku kiri celana nya dan menyenderkan
badannya ke pohon, tempat dimana biasanya ia dan Daniya duduk bersama. Ia
mengirimkan sms kepada Daniya
“assalamu’alaikum.. Daniya kenapa jarang masuk
kuliah ? udah bosen lihat muka ku yang ganteng yah J ?”
Tidak
menunggu lama,Ezi mendapatkan balasan sms dari Daniya
“hehehe.. ngga kenapa napa. yeh si Ezi, GR nya
kelebihan itu. Emang nya kamu ganteng ?” nyeleneh Daniya
Dengan
seuntai senyum, Ezi membaca balasan sms dari Daniya,ia langsung membalasnya
kembali
“ iya dong ganteng,kan saya laki-laki. Kalo
cantik yah perempuan lah...” celetuk Ezi
Melihat balasan sms dari Ezi,Daniya hanya
tersenyum dan menaruh ponsel nya di laci lemari
dekat tempat tidurnya.
Lama Ezi menunggu balasan sms datang dari
Daniya,satu jam,dua jam,hingga empat jam berlalu,tapi belum ada balasan dari
Daniya. Ezi berpikir apakah terjadi sesuatu terhadap Daniya. Segera Ezi menapik
pikirannya yang tidak-tidak terhadap Daniya. Mungkin saja dia kehabisan pulsa
untuk membalas sms ku,atau mungkin dia ada urusan yang lebih penting dari pada
membalas sms ku.
Lama Ezi dan Daniya tidak bertemu. Sms Ezi pun
jarang atau bahkan tak di balas. Tiba-tiba saja ada kekhawatiran yang timbul di
benak Ezi,bahwa Daniya tidak dalam keadaan baik. Tidak ada jalan lain selain
menulis surat untuk Daniya. Meski terkesan sudah ketinggalan zaman,apa mau di
kata, sms tidak di balas apalagi telpon tidak pernah di angkat. Pikir
Ezi,mungkin ini jalan satu-satu nya untuk mengetahui bagaimana keadaan Daniya
Teruntuk Dafa Raniya Cantika Yudhistira
Daniya bagaimana keadaanmu ?
Daniya,aku
bingung kenapa kau enggan membalas sms ku dan sukar mengangkat telpon ku.
Adakah dalam diriku yang tak kau sukai ? atau mungkin kau tak ingin bertemu
denganku karna kejadian aku menyatakan cinta padamu ?
Sungguh Daniya,aku
mencintaimu..
Tapi jikalah kau
tak menerima cintaku,baik nya kau bicara padaku. Aku khawatir dengan mu Daniya.
Ada saat-saat dimana kita sering berdua di bawah pohon dekat kampus,aku rasa
ada yang hilang. Yaitu dirimu. Rindu dengan fashion style dan sikap mu yang
membedakan mu dengan perempuan lain, aku rindu dengan senyuman indah mu yang
bisa mmbuat ku lupa diri. Aku rindu dengan mu Daniya.
Daniya,minggu
depan aku akan berkunjung ke rumah mu.
Dari yang merindu
M.AL-Fahrezi Setiawan
Ada perasaan lega yang luar biasa
dalam hati Ezi setelah mengirim surat untuk Daniya. Selang empat hari,Ezi
mendapatkan balasan dari suratnya.
Untuk yang hampir singgah di hatiku
M.AL-Fahrezi Setiawan
Insyaallah
saat ini aku dalam keadaan baik Zi.
Maaf karna aku
sudah membuatmu bingung. Dalam dirimu tidak ada yang tidak ku sukai. Maaf... Hanya saja,jika aku membalas dan
mengangkat telpon darimu,ingin rasa nya aku
bertemu denganmu. Bukan nya aku tak ingin menemuimu,hanya saja aku tak
bisa.
Terima kasih karna kau telah mencintaiku dan
mengkhawatirkan ku. Tapi maaf untuk cintamu, ku tak bisa menerima. Jangan
tanyakan kenapa,biarlah waktu yang akan menjawab. Maaf sekali lagi Zi,aku tak
punya maksud untuk memberi mu harapan. Aku takut mengawali cinta tanpa pernah
ku bisa mengakhirinya.
Silahkan kau
berkunjung ke rumahku. Mungkin sebentar lagi,aku akan pindah Zi. Ayah dan ibuku
pasti akan sangat senang bila bertemu dengan mu J
Dari
yang menginnginkanmu
Dafa Raniya
Cantika Yudhistira
Sedih Ezi membaca surat balasan dari
Daniya,bahwa ia menolak nya secara halus. Tapi,
dalam sedih nya, ia memikirkan bahwa ada sesuatu yang mengganjal dalam
isi surat tersebut. Ia masih penasaran dengan kalimat “untuk yang hampir
singgah di hatiku”. Jika Daniya menolak karna tak mencintaiku,kenapa Daniya
harus menulis kalimat itu. Sungguh Daniya,kata-katamu bagai misteri yang harus
aku pecahkan.
Kini waktunya Ezi datang ke rumah Daniya. Aku
harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Daniya. Setidak nya, untuk ayah dan
ibu Daniya jika Daniya tak memperdulikan
fashion ku. Beberapa kali ia mondar mandir membenahi kemeja coklat nya di depan
kaca. Dan untuk yang ke delapan kalinya ia berdandan , ia yakin bahwa fashion
nya sudah rapih dan sopan. Awal berkunjung dan bertemu ayah dan ibu Daniya
haruslah terkesan baik.
Dalam perjalan menuju rumah Daniya,aku
mengkhayal bagaimana Daniya meyambutku dengan senyum nya dan sikap ramah orang
tua nya menyabutku.
Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke rumah
Daniya. Karna jarak antara kostsan ku dengan rumah Daniya,tidak terlalu jauh.
Kini aku tiba di sebuah rumah yang bisa di bilang cukup mewah. Segera aku
memarkirkan motor matic ku di halaman dekat taman, dan segera menata kembali
rambut ku yang sempat acak-acakan karna memakai helm. Sekiranya semua style
dalam tubuh ku sempurna,aku melangkah menuju pintu. Tidak menunggu lama aku
mengetuk pintu,ketukan pertama langsung di respon oleh pemilik rumah. Dengan
senyum yang tak kalah indah,ibu Daniya mengenaliku dan mempersilahkan ku masuk
“nak Ezi sudah datang,mari nak masuk”
Dengan
membalas senyum,aku menjawab
“iyah bu,makasih”
Setelah
obrolan singkat dengan ibu Daniya,dia permisi sebentar untuk memanggil
suaminya.
Aku sedikit bingung,harusnya yang pertama kali
menyambutku adalah Daniya. Dimana Daniya sekarang,awas saja jika dia datang
akan ku jitak karna telah membiarkan ku merindu dan menunggunya sangat lama di
bawah pohon dekat kampus.
Ayah dan
ibu Daniya datang menghampiri ku,spontan aku langsung mencium punggung
tangan ayah Daniya,dan duduk kembali.
“ oh... jadi ini toh ma yang nama nya nak Ezi
“ tanya ayah Daniya seakan masih enggan percaya
Dengan
senyum yang mengembang dan sedikit anggukan,Ibu Daniya menjawab
“iyah pak”
Ayah Daniya terlihat seperti menyukai ku. Ini
sangat tampak ketika dia memuji profesi ku sebagai guru privat ketika kami
mengobrol,begitu juga ibu Daniya. Ia tak henti nya menampakkan senyum tulus
tanpa di buat-buat di depan ku. Lama aku berbicara dengan kedua orang tua
Daniya,akan tetapi Daniya sendiri belum terlihat. Tidak membuang waktu,aku
menanyakan keberadaan Daniya kepada orang tua nya.
“maaf pak,Daniya nya dimana yah,ko dari tadi
belum kelihatan ?”
Seakan seperti ada sesuatu yang salah dari
pertanyaanku,tiba-tiba mereka menatap ku dengan tatapan yang menunjukan raut
sedih. Mereka berkata bahwa Daniya sudah pindah sejak tiga hari yang lalu.
Seperti ada aliran listrik ribuan volt yang menyambarku.Apa,Daniya pindah
semenjak tiga hari yang lalu,bukannya ia akan pindah setelah aku datang ke
rumahnya.
Aku
masih shock dengan semua ini. Ibu Daniya memberitahuku bahwa ada sesuatu yang
di titipkan oleh Daniya untuk ku. Sebelum ibu Daniya memberikan sesuatu yang di
titipkan untukku,aku bertanya dimana Daniya pindah,tapi ia tidak mengatakan
keberadaan Daniya.
“nak Ezi akan tau dimana Daniya berada” ucap
ayah Daniya dengan raut muka sedih
Selang
beberapa menit,ibu Daniya datang kembali dengan membawa sebuah benda yang ada
di tangan kanan nya,dan memberikannya padaku.
“sebelum Daniya pergi,ia menitipkan ini pada
Ibu untuk ibu kasihkan kepada orang bernama M.AL-Fahrezi Setiawan yang katanya
seminggu lagi akan datang kesini “ sambil menyerahkan MP3 kepada Ezi
Kenapa
ibu Daniya tau wajahku ketika kami bertemu di depan pintu,padahal aku baru
bertemu dengan nya.
Seakan
ibu Daniya mengerti,ibu Daniya menjelaskan bahwa ia tahu orang yang bernama Ezi
karna Daniya memberikan kisi-kisi. Bahwa Ezi orang nya tampan,baik,dan murah
senyum. Dan ibu rasa itu adalah kau.
Ezi
masih dalam keadaan bingung . ia segera mendengarkan isi MP3 dengan
headset yang di beri oleh ibu Daniya. Dengan konsen,Ezi mendengarkan suara yang
ada di dalamnya,yang tak lain adalah suara perempuan yang menjadi dambaan
hatinya sejak dulu,perempuan yang beda dari yang lain. Dan itu adalah Dafa Raniya Cantika Yudhistira.
Assalamu’alaikum.wr.wb...
Ezi ... kau
mendengar suaraku ?
Maaf yah,lama
sekali aku membuat mu bingung dan tak memberimu kabar tentang diriku.
Mungkin,di saat
kau mendengar suaraku di dalam benda ini,itu adalah suara terakhirku untukmu.
Ezi, aku tak sanggup menyembunyikan perasaan ku padamu,bahwa ku juga mencintai
mu dan merindu mu. Di saat kau merinduku,tujuh kali lipat aku merindumu. Dan di
saat kau mencintaiku,tujuh kali lipat aku lebih mencintaimu.
Tapi apalah dayaku
Zi,aku sudah tak sanggup lagi.
Aku sadar,aku akan pindah,dan tentunya jauh darimu. Maka dari itu aku tak ingin
menerima cintamu jika suatu saat nanti kau akan akan menangis karna diriku. Aku
tak mau Zi........
Ada
isak tangis yang terdengar dari Daniya dalam MP3 tersebut
Aku
tak ingin mengawali cinta tanpa ku bisa mengakhirinya. Karna mu aku termotivasi
untuk menjadi perempuan sesungguhnya. Karna mu juga, aku belajar takut pada
Tuhannku, setiap kali ku ingin melakukan dosa. Dan karna mu juga,aku belajar
mencintai nabiku lebih dari aku mencintaimu Zi.
M.AL-Fahrezi Setiawan,namamu akan selalu ada dalam laskar
hati ku. Terima kasih karna kau telah mencintaiku setulus hatimu. Dan terima
kasih pula untuk senyumman mu yang kau beri untukku di bawah naungan pohon
cinta kita di dekat kampus.
Aku masih ingat
dimana kita selalu duduk berdua dalam heningnya suasana alam,dan kita sibuk
dalam khayalan masing-masing dalam suara hati dan indah nya belaian angin yang
lembut. Semua itu tak ku temukan jika ku tak bersamamu. Mengenalmu adalah
anugerah yang Tuhan beri untukku. Dalam dekap cintamu,ku merasakan tenang yang
luar biasa.
Maaf,mungkin di
saat ku akan pindah,aku tak akan mengucapkan kalimat selamat tinggal. Karna ku
yakin,kelak suatu saat,kita akan di persatukan lagi dalam balutan sorban cinta
yang hakiki.
Zi,sengaja aku
siapkan suara ku ini untukmu dan sebuah lagu untukmu. Lagu tersebut selalu
menemani dalam tidurku.
Mendengar suara Daniya dalam MP3 tersebut,tak
terasa bulir bening jatuh tanpa aku kehendaki. Daniya,kau pindah kemana. Kenapa
kau melakukan ini padaku. Setelah aku mendengar suara indah bidadari di
hatiku,aku mendengarkan lagu yang ada di MP3.
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa
kau rindu
Karena , langkah merapuh tanpa dirimu
Karena , hati t’lah letih
Kau seperti nyanyian dalam hatiku,yang
memanggil rinduku padamu
Seperti udara yang ku hela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang,tenang
Aku
mengenali syair lagu ini. Ini adalah lagu yang di nyanyikan oleh once.
Tak
tega melihat keadaan batin Ezi,ayah dan ibu Daniya mengajak Ezi dimana Daniya
pindah dan menetap disana.
Sekilas
aku tersenyum,karna orang tua Daniya akan mengajakku ke tempat dimana Daniya
berada.
Dalam
perjalanan menuju kediaman Daniya yang baru,tak hentinya aku tersenyum
mengingat wajah nya. Tapi sebentar,kenapa orang tua Daniya mengajakku ke tempat
gundukkan tanah yang masih basah,apa maksud dari orang tua Daniya.
Ada
rasa getar dalam hati yang luar biasa ketika ku lihat tulisan Dafa Raniya
Cantika Yudhistira terukir dalam batu nisan tersebut. Mungkinkah.. tapi ini
tidak mungkin....
“ bu.. pak.. katanya mau mengantar saya ke
kediaman Daniya yang baru,kenapa ibu dan bapak mengaja saya ke tempat ini ?”
tanya Ezi
Dengan
mengusap air mata yang jatuh di pipi kanan,ibu Daniya menjelaskan bahwa ini
adalah kediaman baru Daniya.
Ezi
masih tidak percaya dan belum mau percaya bahwa ini adalah kediaman Daniya yang
baru
“ibu
dan bapak jangan bercanda”
Isak
tangis keluar dari relung hati ibu Daniya dan tak sanggup lagi menjelaskan
kepada Ezi. Melihat keadaan istrinya,ayah Daniya langsung memeluk istrinya,dan
menjelaskan semuanya pada Ezi.
Taukah nak Ezi,bahwa Daniya menderita kanker
otak stadium lanjut. Dan sebulan terakhir sebelum Daniya pergi,ia sudah
mengenakan jilbab dan menutup auratnya. Kami sebagai orang tuanya bingung
ketika dia meminta kami untuk membuang semua
pakaian laki-lakinya dan menggantinya dengan pakaian muslim. Daniya
pernah berkata kepada bapak,karna seseorang hatinya terbuka bahwa apa yang
selama ini,ia hidup dengan banyak dosa. Dia menutup aurat karena dia Takut pada
Tuhannya jika suatu saat nanti semua akan di pertanggung jawabkan. Dan dia juga
berkata kepada bapak,dia ingin lebih mencintai siapa nabinya melebihi cintanya
kepada seorang pemuda yang bernama M.AL-Fahrezi Setiawan. Sejujurnya,saat dia
membalas surat dari nak Ezi dan meminta bapak untuk merekam suaranya,dia sudah
dalam keadaan drop.
Dengan mata sendu,kenapa Daniya tidak pernah
bicara padaku jika dia tidak dalam keadaan baik. Dan kenapa juga dia harus
berbohong dengan memberitahuku bahwa dia akan pindah. Suara Ezi agak sedikit
meninggi dan sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tak jatuh di atas
gundukan tanah perempuan yang menjadi dambaan hatinya.
“bapak tahu apa yang kamu rasakan nak” dengan
nada lembut sambil mengelus rambut Ezi
Kini
ibu Daniya yang menjelaskan bahwa penyakit yang di derita Daniya hanya ibu dan
bapaknya yang tau. Daniya tidak ingin di kasihani jika orang di sekelilingnya
mengetahui bahwa dia sakit. Dia tidak
pernah membohongimu. Apa yang di tulis dalam surat,bahwa dia akan pindah
memang benar adanya. Dia pindah untuk selamanya dan tak akan pernah kembali.
Kediaman yang di maksud Daniya adalah surga.
Aku
masih belum yakin,di depan ku kini adalah rumah baru Daniya. Daniya
meninggalkan ku untuk selamanya. Lama ku pandangi gundukan tanah tersebut dan
mengelus kepala Daniya dengan perantara batu nisan, dan ku bisikkan
“Aku mencintaimu” ucap Ezi sambil tersenyum
sambil menahan air matanya yang sudah ada di ujung pelupuk,agar tak jatuh
membasahi tubuh Daniya tercintanya.
Setelah kejadian dan penjelasan yang di
berikan orang tua Daniya,aku mengerti mengapa cintaku untuk perempuan yang
bernama Dafa Raniya Cantika Yudhistira tidak akan pernah bisa di jawab oleh
Daniya. Dengan sisa tenaga,aku berjalan dengan membawa separuh cinta di
hatiku,dan separuhnya lagi di bawa oleh sang pemilik hati. Sebelum meninggalkan
area kediaman Daniya yang baru,ku pandangi rumah barunya dan tersenyum,tak
ingin ku perlihatkan wajah sedihku untuk nya.
Dafa Raniya Cantika Yudhistira, namamu akan ku
tulis dengan pena cintaku di lembaran hati yang tak pernah usang, karna kau
pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku mencintaimu.